Cari Blog Ini

Selasa, 17 Agustus 2021

PERBEDAAN DAN CARA KERJA VAKSIN

 

Ilustrasi : httpsvaksinasi.balikpapan.go.id


 

Pandemi sudah berlangsung 1 tahun setengah dan sudah banyak korban jiwa. Di seluruh dunia sudah ada 208 juta orang yang terinfeksi virus ini dan 4,37 juta orang meninggal karena virus ini (Bulan Agustus 2021). Namun, jika kalian perhatikan di berita, terdapat berbagai macam tipe vaksin korona. Lantas, apa perbedaan antara vaksin-vaksin ini? Apakah ada yang lebih manjur dari yang lain? Atau apakah semuanya sama aja? Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut, mari kita simak penjelasan di bawah ini. Berikut ini kami akan membahas lima vaksin korona yang berbeda, yaitu: Vaksin dari Pfizer-BioNTech, Moderna, AstraZeneca-Oxford, Sputnik V, dan tentunya yang pertama masuk ke Indonesia yaitu Sinovac.

Terdapat sejumlah perbedaan antara vaksin-vaksin korona ini. Perbedaan terbesar di antaranya adalah perbedaan berdasarkan cara kerjanya. Maka, perbedaan itulah yang akan kita bahas. Namun sebelum membahas perbedaan cara kerja vaksin, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu bagiamana sebenarnya tubuh manusia melawan virus dan menciptakan kekebalan. Ketika virus atau apapun yang bersifat asing memasuki tubuh manusia, sistem imun kita akan menyerangnya. Namun, proses sistem imun menghabisi virus memerlukan waktu yang lama, karena untuk mengalahkan infeksi sistem imun kita harus mencari tahu cara untuk melawannya terlebih dahulu. Sementara proses ini berlanjut, virus akan terus menyebar dan berlipat ganda, dan tubuh yang terinfeksi akan jatuh sakit. Akhirnya, setelah sistem imun tubuh berhasil menghabisi virus, dia akan terus mengingat cara untuk melawannya, sehingga jika virus yang sama datang lagi, tubuh kita sudah siap menghadapinya. Jadi pada dasarnya, bisa dikatakan bahwa cara kerja semua vaksin itu relatif sama. Yaitu untuk memberi sistem imun kita "strategi perlawanan virus" tanpa harus melawan virusnya secara langsung. Meskipun demikian, cara menyampaikan “strategi perlawanan” tersebut berbeda-beda untuk tiap vaksin.

Sinovac

Kita mulai dengan Sinovac, vaksin COVID-19 buatan Cina, yang menggunakan metode “Inactivated Virus” atau virus yang dinonaktifkan. Metode ini menggunakan virus COVID-19 yang sudah dibunuh, yang kemudian dimasukkan ke dalam tubuh manusia. Walaupun nonaktif dan tidak dapat menyebar, sistem imun tetap akan menanggapinya dan mempelajari cara melawannya. Namun, respon dari sistem imun mungkin saja tidak se-ampuh jika melawan virus yang masih hidup. Oleh karena itu, tipe vaksin seperti ini memerlukan beberapa dosis supaya efektif.

AstraZeneca dan Sputnik V

Selanjutnya, terdapat vaksin dari AstraZeneca dan Sputnik V yang menggunakan metode “Viral Vector”. Berbeda dengan metode virus nonaktif, metode ini menggunakan virus yang masih hidup, namun relatif lebih lemah, seperti adenovirus yang menyebabkan pilek. Virus lemah tersebut kemudian digunakan sebagai tumpangan bagi materi genetik COVID-19, yang akan digunakan oleh sistem imun untuk menciptakan kekebalan tanpa harus mengekspos tubuh terhadap bahaya dari virus korona yang asli.

mRNA

Dan selanjutnya, metode yang paling banyak dibicarakan, dan yang termutakhir di antara vaksin-vaksin yang ada, yaitu vaksin mRNA, yang digunakan oleh Pfizer dan Moderna. Cara kerja vaksin ini lumayan keren, jadi dengarkan baik-baik. Di dalam COVID-19 terdapat suatu protein yang sangat penting. Protein ini digunakan oleh COVID untuk memasuki sel tubuh manusia, dan membuatnya lebih mudah menular. Anggap saja ini sebagai senjata yang membuat COVID terlalu overpowered. Nah, logikanya adalah jika kita dapat membuat tubuh kebal terhadap protein ini, maka tubuh akan kebal terhadap COVID-19 secara keseluruhan. Yang dilakukan oleh peneliti vaksin, adalah mengambil bagian dari DNA COVID yang mengandung blueprint untuk protein ini, dan kemudian merubah blueprint tersebut menjadi instruksi bagi sel tubuh untuk membuat proteinnya, instruksi ini dikenal sebagai mRNA, dan mRNA inilah vaksinnya. Lalu, mengapa kita ingin sel tubuh membuat protein ini? Bukannya itu berbahaya? Tidak sama sekali. mRNA ini aman karena hanya mengandung instruksi untuk membuat protein itu saja, dan tidak mengandung virus Korona sepenuhnya. Jadi bisa dianggap seperti senjata tanpa tuan. Setelah mRNA masuk ke dalam tubuh, sel tubuh akan mulai membuat protein ini, yang kemudian akan ditanggapi oleh sistem imun. Setelah sistem imun berhasil menghancurkan protein ini, dia akan tetap ingat cara melawannya, sehingga membuat dirimu kebal terhadap COVID-19.

Pada akhirnya artikel ini bukan bertujuan untuk membujuk anda memilih salah satu vaksin. Karena bagi kebanyakan orang, vaksin mana yang kita dapatkan sudah di luar kendali kita. Yang perlu kalian ketahui adalah vaksin yang kini disiapkan untuk penggunaan massal, telah melalui tahapan pengujian intensif untuk menjaga keamanan dan keefektifannya. Dan fakta bahwa kita sudah bisa mendapatkan sekian banyak vaksin dalam waktu tercepat dalam sejarah manusia, sudah merupakan sisi terang dalam tahun yang sangat kelam. Tentunya semua ini dapat terjadi berkat beribu-ribu tenaga medis, saintis, serta peneliti yang bekerja non-stop sejak pandemi dimulai. Dan kini sisanya di tangan kalian. Jika kalian dapat memilih, vaksin merek apa yang kalian gunakan? Semoga kita mendapatkan manfaat yang sangat besar dari vaksin yang kita terima. 

Sudah lebih dari 40 juta orang di Indonesia saat ini yang menerima vaksin. Kita semua berharap agar pandemi ini segera berakhir dan kita bisa hidup normal seperti dahulu. Kemajuan teknologi kadang mempermudah kita dalam mendapatkan segala hal termasuk vaksin. Namun tidak menutup kemungkinan jika kemajuan teknologi juga akan membuat penyakit-penyakit baru di masa yang akan datang. Semoga kita selalu siap dan adaptif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALIMAT BERAKHIRAN -I DAN BERAKHIRAN -KAN PADA TEKS PROSEDUR

 Berikut ini beberapa kalimat berakhiran -i dan berakhiran -kan.  1. Lumuri daging dengan mentega.  2. Lumurkan mentega pada daging. 3. Oles...