Suatu saat Andi akan pergi menggambar dan secara sembunyi-sembunyi dia pegi dari rumah membawa alat lukis. Secara tidak sengaja ayahnya melihat dari belakang rumah. Ayah Andi mengghampirnya dan terus memarahinya dengan merebut alat lukis dan membuangnya. Ayah Andi lalu menasehati bahwa sebaiknya dia mengarjakan PR di rumah. Ibu Andi yang mendengar ada ribut-ribut di belakang rumah lalu keluar dan menghampiri mereka berdua.
“Kamu tidak boleh melukis lagi,kamu harus lebih giat belajar pelajaran-pelajaran sekolah yang lebih sulit seperti matematika” dengan suara keras ayah Andi berbicara.
Andi hanya diam dan sangat sedih.
“Jangan sampai saya melihat kamu melukis lagi di rumah, ini yang terkahir” tambah ayah Andi.
Kemudian ibu Andi datang dan mengajak Andi masuk. Andi menangis dan memeluk ibunya.
“Bu aku lebih suka mengambar” ujar Andi sambil menangis.
Ibunya menyarankan Andi untuk bermain dengan temannya agar tidak sedih lagi.
Keesokan harinya Andi berangkat ke sekolah seperti biasa. Sesampainya di sekolah Andi dihampiri temannya Andi.
“Ndi, kamu ikut lomba menggambar dan mewarnai di sekolah ya?” Ujar Deni dengan senang.
“Aku tidak mau ah males.” Jawab Andi dengan nada sedih.
“Kenapa gambar kamu kan bagus.” Lanjut andi.
“Aku kemarin di marahi ayah karena ayah tidak suka aku menggambar lagi” jawab Andi dengan raut muka kecewa.
“Kamu itu berbakat dalam menggambar, jadi sayang kalau kamu tidak ikut lomba ini”. Ujar Deni.
“Kalau kamu jadi juara kamu pasti bisa membuktikan pada ayahmu bahwa kamu itu berbakat melukis.” tambah Deni.
Beberapa lama Andi terdiam dan berfikir. Andi berfikir benar juga apa yang dikatakan andi. Setelah sekian lama Andi terdiam lalu dia berdiri.
“Aku harus buktikan pada ayah kalau aku bisa menggambar dengan baik dan bisa jadi juara”. tegas Andi dengan semangat.
Andi dan Deni pun mendaftar ke panitia lomba. Setelah itu mereka kembali ke kelas untuk mengikuti pelajarn seperti biasa.
Bel sekolah berbunyi tanda jam pelajaran selesai. Andi dan Deni pulang bersama. Sambil berjalan mereka membicarakan soal perlombaan menggambar di sekolah mereka.
“Kamu harus jadi juara, karena pemenangnya akan mewakili sekolah kita dan berlomba di Jakarta”. ujar Deni.
“Wah yang benar kamu Den?” tambah Andi.
“Iya benar ini kan dalam rangka memperingati hari anak nasional” ujar Deni meyakinkan.
“Kalau begitu aku harus latihan dan bersungguh-sungguh untuk lomba besok” ungkap Andi dengan semangat.
Mereka pun berpisah pulang ke rumah masing-masing. Andi menceritakan tentang perlombaan lukis yang akan diselenggarakan sekolahnya itu dan dia menagatakan kalau dirinya sudah mendaftar menjadi salah satu pesertanya. Ibunya kaget dan menyarankan pada agar tidak menceritakan hal itu pada ayahnya untuk sementara waktu. Andipun mengikuti saran dari ibunya untuk tidak menceritakan pada ayahnya.
Keesokan harinya Andi berngkat sekolah seperti biasa dengan perasaan gembira. Setelah berpamitan dia berngkat ke sekolah berjalan kaki. Ayahnya heran pada Andi, tidak biasa-biasanya Andi segembira itu.
“Bu, lihat Andi kok senang sekali ya hari ini?” tanya ayahnya dengan perasaan heran.
“Sudahlah aku biarkan saja, daripada sedih terus” jawab ibu Andi
Sesampainya di sekolah Andi bertemu dengan Deni. Dia memberikan semangat pada Andi. Andi memulai menggambar rumah dan suasana sekitarnya. Peserta yang lain menggambar pemandangan gunung dan pemandangan alam.
Teeeet.....teeeet.....
Bel tanda selesainya lomba terdengar, semua peserta menninggalkan gambar mereka dan mennunggu hasil penilaian di luar ruangan. Andi keluar dengan perasaan campur aduk. Deni dan temen-temannya terus memberikan semangat dan menghibur Andi agar tenang. Para juri yang terdiri dari beberap guru itu keluar dari ruang kelas. Mereka pergi ke ruang guru dan salah satu dari mereka berkata.
“Pengumuman pemenang akan kami bacakan lewat pengeras suara dari ruang guru” ujar salah satu guru.
Beberapa saat setelah semua juri ke ruang guru, pengumuman pemenang lombapun terdenagar.
“Hasil dari lomba menggambar yang diadakan SD Suka Bakat kelas 4 adalah atas nama Andi Priagung .Ananda Andi dimohon segera ke ruang guru” ujar salah satu guru yang menjadi panitia lomba melukis melalui pengeras suara.
“Hore hore hore “ teriak Andi dan teman-temannya kegiranagan.
“Ayo Ndi kamu ke ruang guru” perintah Deni
“Iya-iya “ jawab Andi dengan gembira.
Andi bergegas pergi ke ruang guru. Sesampainya di ruang guru andi di beri ucapan selamat dan diberi hadiah serta piagam.
“Kamu nanti akan mewakili sekolah kita lomba menggambar di Jakarta atau tingkat nasional” ujar wali kelas Andi.
“Baik pak, tapi saya minta bantuan bapak” kata andi.
“Memangnya kenapa Ndi?” tanya wali kelasnya.
Kemudian andi menceritakan semua permasalahan pada wali kelasnya. Setelah mendengarkan cerita Andi wali kelas berrjanji akan membantu Andi membicarakan hal itu pada ayahnya.
“Nanti sepulang sekolah kamu pulang bareng saya, sekalian saya mau bertemu ayah kamu”ujar wali bapak kelas.
“Baik pak” jawab Andi penuh harapan.
Andi dan Pak Umar, wali kealsnya pulang berboncengan menuju ke rumah Andi. Sesampai di rumah Andi Pak Umar menjelaskan semuanya pada ayah Andi. Ayahnya merasa kaget sekaligus terharu mendengar cerita Pak Umar tentang keberhasilan Andi. Akhirnya ayah pun memperbolehkan Andi ikut lomba mewakili sekolahnya ke Jakarta. Andi pun berterima kasih pada ayah,ibu dan Pak Umar karena mereka semua mendukung bakatnya.