Cari Blog Ini

Kamis, 31 Mei 2018

Beberapa contoh puisi dengan Rima akhir

Tema puisi

1. Puisi bingung
2. Puisi Puasa
3. Puisi Rindu

Selasa, 29 Mei 2018

PUISI BINGUNG

HiLaNg aKaL

Tak tahu harus melangkah kemana arah?
Apa hanya berpasrah atau pantang menyerah?
Lebih banyak orang suka saat bunga merekah?
Lalu siapa yang membuat bunga berubah?

Bingung itu pilihan hidup?
Apa tanda kalau semangat sudah redup?
Jangan-jangan ada akal sehat yang tertiup?
Karena himpitan ekonomi jadi alasan perilaku korup?

Hanya orang miskin merasa bingung dengan kebutuhan yang melambung?
Orang kaya apa masih tenang kalau suatu saat hartanya akan dihitung?
Apa iya hanya hal jelek yang terdapat ketika kita terkurung dalam tempurung?
Banyak yang jadi linglung atau jangan-jangan dapat berkah dan untung?

Kok jadi tambah bingung?
Sudahlah suatu saat kita rangkai lagi agar bersambung.

PUISI RINDU

Kejemuan rindu

Pagi rindu sore
Malam rindu siang
Matahari merindukan bulan tiada akhir
Rindu dibalut senang atau jemu?

Rindu itu menunggu tapi tak mengganggu ketika masih baru
Rindu itu jemu ketika waktu sudah lama berlalu
Rindu juga harus dijaga ketat agar rasa tak berkarat
Karena rindu adalah bumbu untuk hidup bukan hanya sekedar belalu

Minggu, 27 Mei 2018

PUISI AKHIR BULAN


Bulan lebih panas dari matahari


Bagi pemuja tanggal muda ini adalah petaka
Bagi para petani tak ada imbasnya apa-apa bagi mereka
Bagi para kreditur bulan lebih panas dari matahari kalau udah jatuh pada temponya
Bagi para ojek online tak apa, yang penting tiap hari dapat bonusnya.

Semua ada masanya
Awal bulan bahagia dengan banyak belanja
Akhir bulan menderita karena uang habis tak bersisa
Bijak adalah hal yang tepat untuk mengaturnya
Jangan sampai menumpuk hutang dan terkuras tabungannya

Uang tak ada batasnya
Yang ada hanya umur dan tenagalah yang ada masanya
Orang kaya adalah orang yang pernah kerja keras pada mulanya
Jangan hanya melihat tapi cicipi penderitaanya
Lalu reguklah masa jayanya.

Sabtu, 26 Mei 2018

PUISI KELUARGA


Puasa tanpa kagendra

Sepi tanpa ada canda tawa
Bukan hanya perut yang kosong tapi hati juga puasa
Puasa dengan senyum dan keusilan
Walau kadang sering kita anggap ujian

Puasa dengan kangendra itu berat
Tapi aku abaikan itu karena rindu mengarat
Kata sederhana mencari berkah
Semoga jadi anak soleh dan istri soleha

Bukan cobaan ketika ia rewel
Bukan pula ujian ketika bawel
Mungkin dia hanya ingin berkomunikasi
Dengan orang tua yang dia kasihi





 Kosong tanpa isi



Jarak memisahkan kita dari ruang dan waktu
Komunikasi kadang terhubung karena rindu tak terbendung
Malam kusampaikan pada ilahi untuk menjagamu agar rindu tersampaikan melalui mimpi

Sedih jangan berlebih ketika bahagia jangan jumawa
Aku selalu berdoa agar bahterka kta jangan binasa
Perlu ada kata romantis untuk menghindari rasa dihati agar tak terkikis

Puisi puasa




Puasa

Menahan apa yang dimasukkan
Mengontrol apa yang dikeluarkan
Ibadah yang tak bisa dipamerkan
Menempa jiwa yang berkecukupan

Mengharap ampunan dosa
Yang lama menumpuk dalam jiwa
Semoga dengan keikhlasan kita
Dosa melebur tak bersisa

Menjaga agar tenang dihati
Dengan tadarus serta mengaji
Jangan pamer atau tinggi hati
Karena harapan bertemu dihari nan fitri

Bulan puasa adalah sebagai penanda
Masih adakah kita ada didalamnya
Ingat betul puasa kemarin masih disamping kita
Tahun ini kita berdoa untuk dirinya





Puasa tertutup lebaran


Saya tak khawatir dengan puasaku
Saya tak risau dengan ibadahku
Saya hanya takut tak menyambut meriah lebaranku
Karena puasa hanya jembatan tuk lebaran yang kutuju

Pikirku sederhana
Idul fitri mau pakai apa, makan apa dan bawa uang berapa?
Jangan sampai silaturahmi dengan tangan hampa
Karena nanti terasa duafa

Paniknnya kita ditinggal bulan ramadhan
Bukan ibadah yang belum mapan
Tapi kita takut kalau baju baru belum nempel dibadan
Menyambut hari yang katanya lebaran


BUAH KETABAHAN



Oleh : Ristavia

      DDSSDia biasa dipanggil yuana. Gadis berparas cantik yang punya lesung pipi dan terlihat manis saat tersenyum. Hari-harinya selalu ia warnai dengan senyuman. Pembawaannya yang tenang dan murah se3nyum membuat dirinya memiliki penggemar tanpa ia sadari. Tetapi tak banyak dari mereka (kakak kelas cewek & an adik kelas cewek) yang membencinya karena ia banyak digemari oleh cowok-cowok disekolahnya. Sehingga di kelas ia hanyya duduk sendirian dan tak memiliki teman.
          Suatu hari,saat ia sedamng membeli makanan di kantin sekolah, ada kakak kelas yang menghampirinya dan membulynya habis-habisan. Yuana yang memilikim sikap ramah dan pemaaf pun hanya diam tanpa suara. Setelah kakak kelasnya berhenti bicara, yuanapun meninggalkan mereka dan menujun kekelasnya.
          Sesampainya didepan kelas, yuana dihadang oleh beberapa teman dari kelas lain yang membencinya. ‘’Heh, yuana. Dasar lo ya,,,, Sok cantiik banget sih jadi orang. Karena lo, cowok gue sekarang jadi marah sama gue. Jangan deket-deket sama cowok gue dong. Jangan ganggu hubungan gue sama bagas’’ucap mita yang ia ketahui adalah pacar dari sahabatnya. ‘’Siapa yang sok cantik?Dia itu sahabat aku…’’ucap yuana membela diri. ‘’Alah… Alesan banget sih. Dasar lo munafik’’ucap mita sembari mrnumpahkan minumannya ke seragam yuana. Setelah itu, mita dan tema-temannya pun pergi. Yuana yang dip[erlakukan seoperti itupun hanya bisa diam dan membersihkannya.
          Sewaktu puylang sekolah, ada beberapa adik kelas yang membicarakan tentang kejelekannya. Padahal mereka belum mengenal jelas tentang kepribadian yuana. Yuana hanya bisa sabar saat mendengar perbincangan adik kelasnnya tersebut. Sesampainya di rumah, yuana tak memiliki waktu untujk bermain-main. Di rumah dialah yang memasak dan membersihkan rumah karena ibunya sedang sakit.
          Satu minggu sudahn hari-harinya ia lalui dengan kesabaran dan ketabahan. Hingga suatu hari saat yuana sedang menyendiri di kelas sembari membaca novel, ada  dandi teman sekelasnya yang memberitahukan bahwa dirinya terpilih untuk ikut loma cerdas cermat tingkat provinsi nantinya. Yuana yang mendengar kabar itupun sangat bahagia.
          Pulang dari sekolah, wajah yuana di hiasi oleh senyum yang merekah karena dia akan  ikut lomba cerdas cermat tingkat provinsi. Dan satu lagi, sekarang teman teman sekelasnya tak terlalu membencinya lagi. Rencananya, yuana akan memberitahukan kabar itu kepada ibunya. Sesampainya di rumah ia langsung menemui ibunya.
                                                                                                   

CITA-CITA KU


KARYA: KHADLOROTUL KHAQ


            Namaku Tama Yudhistira. Aku kelas VIII. Entah kenapa akhir-akhir ini aku memikirkan cita-cita ku yang tidak jelas. Kedua orang tua ku menyarankan supaya aku jadi guru. Tapi aku ingin jadi pemin sepak bola.
            “ yah kenapa ayah ingin aku jadi seorang guru?” tanyaku.
            “ karena ayah ingin kamu masuk surga” jawab ayah singkat. Aku menatap ayah. maksudnya apa. Batinku.
            “ayah tidak ingin kamu jadi pemain sepak bola” ucap ayah seperti bisa membaca pikiranku.
            “kalau jadi dokter?” tanyaku. “jadi dokter juga masuk surga kan yah” lanjutku.
            “iya tapi resikonya tinggi. Bukannya kamu juga takut pada darah?” jawab ayah tersenyum. Akupun meringis malu.
            “iya sih, tapi kan ayah gak tahu kalau besar nanti mungkin aku gak takut darah lagi” ucapku tersenyum simpul.
            “iya juga sih, apalagi kamu tuh cowok. Tapi tetap aja ayah ingin kamu jadi guru” jawab ayah. Aku menyerah sajalah kalau bicara dengan ayah. Ayah selalu tidak mau kalah padaku.
            Aku duduk disamping ibu sedangkan ayah berada diruang kerja. Aku bertanya pada ibu dengan pertanyaan yang sama aku lontarkan keayah. Anehnya ibu hanya menjawab kalau ayah dan ibu sudah memikirkannya dengam matang dan mantap. Ketika aku bertanya lagi, ibu tidak mau jawab. Entahlah.
            “sebenarnya apa yang ayah dan ibu pikirkan mengenai masa depanku? Memangnya apa sih istimewanya guru?’ pikirku.
            “ngelamun aja Yud” ucap temanku Toro namanya.“ eh iya nih aku lagi bingung” jawabku. “bingung kenapa?” tanya Toro“orang tuaku meminta supaya besar nanti aku jadi guru. Padahal aku ingin jadi pemain handal’ ucapku. Toro tersenyum ketika mendengar jawabanku.
            “mungkin orang tua mu ingin yang terbaik untukmu” ucap Toro lalu melengos pergi meninggalkanku.
            Disaat aku berbaring diatas kasur. Ibu datang. “Yudhi belum tidur nak?” ucap ibu. Aku menggeleng.
            “ibu kenapa tumben kekamar Yudhi” ucapku.
            “ibu mau bicara soal masa depanmu” jawab ibu. Aku lalu duduk siap mendengarkannya.
            “ibu dan ayah sudah memikirkan masa depanmu, kami ingin kamu menjadi orang yang berguna bagi orang laindan jasamu selalu diingat orang, juga kau tidak kesepian” ucap ibu dengan mengelus rambutku dengan halus.
            Berhari-hari aku memikirkan kata-kata ibu. Aku jadi selalu memperhatikan gerak-gerik guru disekolahku.
            “menurut kamu guru itu gimana sih?” tanyaku pada luna teman perempuanku.
            “emangnya kenapa?” jawab luna
            “menurutku guru itu istimewa, kalau aku jadi guru aku mungkin tidak kesepian karenapasti murid-muridku akan mengiburku” lanjut luna dengan senyuman hangat dan luna menatapku.
            “memangnya kenapa Yud kok tanya-tanya soal guru. Ucap luna. Aku menggeleng dan tersenyum.
            Malam hariaku duduk termangu memikirkan tentang guru. Apa aku mulai tertarik dengan guru?” tanyaku pda diri sendiri. Ibu menghampiriku dikamar, ia menemaniku belajar.
            “ibu sepertinya aku mulai tertarik dengan guru” kataku pada ibu. Ibu tersenyum.
            “yakin nanti kamu bilang begitu Cuma mau buat ibu senang saja” jawab ibu.
            “tidak. Aku sudah yakin dengan keputusanku” ucap ku. Ibu tersenyum senang.
            “kejarlah cita-cita mu nak” ucap ibu. Akupun mengangguk tersenyum. Aku akan belajar yang rajin agar aku dapat mencapai cita-citaku. Batinku.
            Malam itu adalah malam yang sangat menyenangkan bagiku, ayah dan ibu. Aku telah menemukan cita-citaku yang sesngguhnya. Batinku dan tersenyum bahagia didalam hatiku.

Minggu, 20 Mei 2018

KEPAKAN SAYAP GARUDA


Oleh : Mabruroh

Wahai garuda yang sejati…
Kepakan sayapmu
Terbanglah tinggi
Pergilah…
Lawan semua musuh musuhmu
Sejahterakanlah rakyatmu
Wahai garuda yang gagah nan pemberani
Didalam jati dirimu…
Terkandung makna yang sangat berarti
Tauladan besar bagi kami
Dan kini…
Kau menjadi panutanku..
Lambang negaraku…
Indonesia raya…
Yaitu…
Pancasila…

MEMORI BERKASIH


Oleh: Mabruroh

Ku ingin sampaikan sejuta rindu
Namun itu hanya terpendam dalam rasa
Berjuta memori yang telah kita jalani
Hanya membuatku terpendam dalam lara
Ku tak tahu apakah ini??
Apa inikah yang namanya sakit hati
Serasa ingin menjerit
Namun ku tak bisa apa……
Bingung??
Ya…aku hanya bisa menangis
Mernghabiskan air mat dengan sia-sia
Tanpa berfikir apa yang membuatku terpuruk
Sperti kehilangan arah
Depresi……
Ah…entahlah
Mungkin inilah jalan takdirku

DOA


Oleh: Mabruroh

Kubersandar di bawah naungan cahayaMU
Termenung di dalam genggamanMU
Setiap doa dan permohonanku
Ku selalu menyebut asmaMU
Duhai tuhan pencipta alam
Bawalah aku kejalanMU
Memberikan arti tentang sulitnya hidup ini
Aku hanya hambaMU yang lemah
Sempurna……
Namun memiliki banyak kekurangan
Setiap butir demi butir kata
Kan ku isi dengan lantunan ayatMU
Dhai ALLAH Yang agung
Ku ingin selalu berada dibawah kebajikanMU
Yang membuatku sadar akan kesalahan hidup ini

REMBULAN


Oleh: Mabruroh

Seperti goresan titik yang tergambar di langit
Memberi keindahan di angkasa
Dengan cahayanya yang begitu indah
Menyinari dunia dengan sinarnya
Membuat setitik kebahagiaan dalam hati
Namun……
Sekarang kau hampir hilang
Tertutup oleh gumpalan hitam yang mengerikan
Aku tak bisa membayangkan……
Bagaimana nanti kalau kau pergi
Bulan……
Aku ingin kau kembali
Menyinari bumi dengan keindahan cahayamu
Sinari kegelapan yang tiada arti
Mungkin……
Sementara ini kau hilang
Pergi entah kemana
Tapi aku yakin, pasti kau akan datang
Kembali untuk memberikan sepercik ketenangan

KALIMAT BERAKHIRAN -I DAN BERAKHIRAN -KAN PADA TEKS PROSEDUR

 Berikut ini beberapa kalimat berakhiran -i dan berakhiran -kan.  1. Lumuri daging dengan mentega.  2. Lumurkan mentega pada daging. 3. Oles...