Cari Blog Ini

Sabtu, 16 Februari 2019

SEJARAH DIENG CULTURE FESTIVAL


Indonesia mempunyai berbagai macam kebudayaan yang sebagian besar masih lestari hingga saat ini. Sebagai generasi bangsa kita patut menjaga kebudayaan yang kita punya..
Dieng Culture Festival, acara pesta budaya terbesar yang diadakan setiap tahunnya di Kawasan Wisata Dieng dan Ruwatan Rambut Gimbal sebagai acara inti. Dieng Culture Festival pertama kali diselenggarakan pada tahun 2010. Sebelumnya pernah diadakan acara serupa namun lebih dikenal dengan sebutan “ Pekan Budaya Dieng”. Lalu seiring berkembangnya zaman, masyarakat lokal Dieng dan kelompok sadar wisata berinisiatif mengubah nama event tersebut menjadi Dieng Culture Festival.
Acara tersebut dimeriahkan dengan program-program menarik, mulai dari jazz atas awan yaitu dimana kita dapat menyaksikan musik jazz dengan suhu mencapai delapan derajat selsius. Oleh karena itu acara tersebut dinamakan jazz atas awan, karena kita merasakan dingin seperti berada diatas awan. Lalu kita diajak melihat sunrise yang indah di bukit Sikunir, dan acara tidak hanya sampai disitu. Kita dapat menyaksikan pelepasan ribuan lampion dan mengikuti acara ruwat rambut gimbal atau pemotongan rambut gimbal.
Masyarat dieng percaya bahwa anak berambut gembel adalah anak bajang titisan Eyang Agung Kaladate atau dikenal dengan sebutan Kyai Kolo Dete dan istrinya Nini Roro Rence (Nini Ronce) selaku leluhur warga suku Dieng. Karena dianggap sebagai titisan dewa itulah, maka anak berambut gembel tidak boleh dipotong rambutnya secara sembrono (asal). Jika rambut anak gembel dipotong tidak melalui acara ritual yang khusus, maka si anak akan jatuh sakit dan dipercaya akan mendatangkan bencana bagi keluarganya.
Bagi masyarakat Dieng, jumlah anak berambut gimbal berkorelasi dengan kesejahteraan masyarakat. Semakin banyak jumlah anak berambut gimbal, masyarakat Dieng yakin kesejahteraan mereka akan semakin baik. Begitu pula sebaliknya.
Semakin tahun pengunjung dari acara tersebut semakin banyak. Bukan dari pulau jaw saja namun ada juga yang datang dari luar jawa. Memang dieng sudah terkenal sejak dulu. Karena banyaknya pengunjung maka panitia menambahkan aturan. Aturanya adalah mereka yang ingin melihat dan mengikuti acara dieng culture festival harus membayar. harga bervariasi. Harga itu tergantung apa yang akan di dapat. Ketika anda menginginkan banyak fasilitas seperti penginapan, mengkuti keseluruhan acara maka harga yang harus dibayarkan tidak terlalu murah. namun pengalaman yang didapatkan akan melebihi apa yang kita bayarkan.
Kesiapan panitia masih kurang. Seperti tahun kemrin ada kejadian luar biasa. Dieng membeku. Semua peralatan yang akan digunakan dalam acara malampuncak dieng culture festival membeku. Generator adalah alat yang paling terdampak. Terus masalah pengaturan parkir juga belum  sepenuhnya memadai. Terjadi kemacetan panjang karena banyaknya kendaraan yang masuk ke area Dieng.  Seharusnya kantung-kantung parkir lebih diperbanyak lagi.
Demikianlah sedikit sejarah dieng culture festival. Semoga acara tahun berikutnya lebih baik dan menarik lagi. Selalu kangen untukmenikmati malam dingin di negeri para dewa.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALIMAT BERAKHIRAN -I DAN BERAKHIRAN -KAN PADA TEKS PROSEDUR

 Berikut ini beberapa kalimat berakhiran -i dan berakhiran -kan.  1. Lumuri daging dengan mentega.  2. Lumurkan mentega pada daging. 3. Oles...